Tuti Herawati, Guru Hebat

Tuti Herawati, Guru Hebat
Oleh :
Putra Zulfirman/Ketua PWI Kota Langsa 2020-2023 & 2023-2026
Langsa – Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap tanggal 25 November. Guru merupakan garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Momentum HGN tahun 2024, mengangkat tema “Guru Hebat Indonesia Kuat”.
Mencuplik teks pidato Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, bahwa tema dimaksud terdapat tiga makna utama, yakni;
Pertama, penegasan tentang arti dan kedudukan penting para guru. Sesuai Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14/2005, guru adalah pendidik profesional yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing, dan menilai hasil belajar para murid.
Kedua, guru tidak hanya berperan sebagai agen pembelajaran, tetapi juga agen peradaban. Para guru berperan mendidik para murid sehingga memiliki kecerdasan, keterampilan, dan karakter yang mulia.
Ketiga, guru menentukan kualitas sumber daya manusia, generasi bangsa yang melanjutkan perjuangan dan bertanggung jawab memajukan bangsa dan negara.
Guru yang hebat menentukan kualitas pembelajaran, kualitas lulusan, dan kualitas sumber daya manusia.
Demikian penggalan penjelasan makna dari tema HGN yang dijabar Abdul Mu’ti, dalam naskah pidatonya sekaitan dengan peringatan Hari Guru Nasional tahun 2024.
Lantas, siapa Tuti Herawati sebagaimana namanya tercantum dalam judul di atas?
Tuti Herawati adalah seorang guru (ASN) yang saat ini bertugas di SMPN 1 Kota Langsa, Propinsi Aceh.
Sebelumnya, perempuan imut dan berhati mulia ini, mendedikasikan dirinya sebagai guru di SMA Swasta Tengku Chik Ditiro, beralamat di Gampong Tualang Baru Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.
Penulis merupakan salah seorang murid di SMA Swasta Tengku Chik Ditiro yang kemudian beralih menjadi SMAN 1 Manyak Payed.
Persinggungan dengan Tuti Herawati, dimulai ketika penulis pindah sekolah dari SMAN 2 Langsa (saat itu masih masuk Kabupaten Aceh Timur) ke SMA Teungku
Chik Ditiro Tualang Cut (kini masuk Kabupaten Aceh Tamiang) medio 2000.
Disinilah awal Tuti Herawati menjadi guru sekaligus teladan bagi segenap siswa di sekolah tersebut. Tuturnya lembut, perawakannya keibuan, penuh perhatian dan tegas bila ada siswa yang melakukan kesalahan.
Namun, dia tak sungkan tuk mengapresiasi bilamana ada siswa berprestasi. Bahkan, rupiah dari sakunya begitu mudah ia berikan kepada sesiapa yang membutuhkan pertolongan. Terlebih, untuk membayar SPP bulanan kepada siswa tak mampu.
Gajinya tak seberapa. Maklum, kala itu Tuti Herawati masih sebagai guru bakti. Meski begitu, pengabdiannya kepada dunia pendidikan tanpa pamrih.
Saban hari, bersama sejolinya bernama Lolita Sari, sesama guru bakti di SMA Tgk Chik Ditiro, Bu Tuti–sapaan karib Tuti Herawati, berjibaku menempuh jarak lebih kurang 16 KM, dari Kota Langsa menuju Tualang Cut–lokasi sekolah.
Sejoli (Tuti Herawati – Lolita Sari) setiap hari menggunakan moda transportasi umum dengan jarak tempuh 25-30 menit, dengan bus angkutan umum.
Bu Tuti merupakan guru eksakta. Ia mengampu mata pelajaran matematika dan biologi. Maklum, saat itu jumlah guru terbatas di sekolah swasta yang hanya terdiri dari tiga kelas (1, 2 dan 3 SMA). Atau dimasa kekinian kelas X-XII.
Selama bersekolah, penulis kerap mendapat perhatian lebih dari Tuti Herawati maupun Lolita Sari yang memang berteman akrab kedua guru tersebut.
Lolita Sari yang mengampu mata pelajaran ekonomi dan akuntansi, kerap berkolaborasi dengan Tuti Herawati untuk mendidik karakter siswanya.
Penulis akui, bila saat masa bersekolah baik semasa SMA Tgk Chik Ditiro atau ketika beralih menjadi SMAN 1 Manyak Payed (2001), kedua guru tersebut kerap membantu biaya SPP. Lantaran, penulis berlatarbelakang siswa kurang mampu.
Bukan hanya penulis, terdapat tiga teman lain yakni Iswanto (kini karyawan di perusahaan sawit terkemuka), Surya Atmaja (wiraswasta) dan Deni Kurniawan (karyawan perusahaan Tambang) acap diberikan perhatian oleh Tuti Herawati, termasuk biaya SPP.
Ketika usai jam pelajaran sekolah. Tuti Herawati dan Lolita Sari kerap memberikan petuah kehidupan bagi penulis dan sejawat yang namanya tersebut di atas.
Terutama Tuti Herawati yang terus memotivasi untuk menatap masa depan gemilang, dengan bekal ilmu pengetahuan, kepribadian dan karakter mulia.
Tuti Herawati telah merubah pola pikir seorang anak kampung yang hanya berharap lulus SMA semata. Ia membawa cakrawala baru, bahwa hidup adalah perjuangan yang harus terus diperjuangkan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Dari Tuti Herawati pula, penulis dan sejawat lain, memiliki karakter tangguh dalam berjuang untuk hidup lebih baik. Meraih cita-cita meski bukan menjadi ASN, dokter, TNI/Polri atau pialang saham ternama.
Akan tetapi, berjuang untuk meraih masa depan dengan ladang pengabdian berbeda-beda yang sedang digeluti.
“Nak, ilmu pengetahuan adalah pintu gerbang menuju masa depan. Karakter menjadi jalan utama menuju keberhasilan dan doa adalah kuncinya,” pesan Tuti Herawati ketika penulis mengakhiri status sebagai siswa putih abu-abu media 2002 silam.
Selamat hari guru. Pahlawan tanpa tanda jasa. Bravo!
Leave a Reply